Kalender Bali Online Digital

Kalender Bali memiliki sistem perhitungan yang berbeda dari kalender Masehi. Dengan bulan berisi 35 hari, kalender ini memberikan ritme khusus bagi masyarakat Bali. Setiap 15 hari dirayakan Kajeng Kliwon, sementara Piodalan, Rahinan, atau Otonan jatuh setiap 210 hari untuk menghormati Tuhan dan leluhur. Sistem wuku juga membagi minggu menjadi 7 hari, terkait dengan perhitungan urip/neptu, menjaga keseimbangan spiritual dan budaya masyarakat Bali.

Kami menggunakan Google Kalender karena tampilannya yang simpel dan fitur notifikasinya yang membantu mengingatkan acara penting. Hari-hari suci, seperti rerahinan, Kajeng Kliwon, Purnama, dan Tilem, telah kami tandai. SIlahkan klik untuk melihat detailnya. Untuk menambahkannya, install Google Kalender di smartphone Anda, lalu tambahkan pelajahin@gmail.com sebagai kalender agar data ini tersalin otomatis. Atau, cukup klik "Add to Google Calendar" di bawah kalender.

Atau silahkan klik: www.bawak.in/tambahkan-kalender.

Catatan Kalender

Kajeng Kliwon adalah hari sakral dalam kalender Bali yang terjadi setiap 15 hari sekali, menandai pertemuan energi dualitas alam semesta. Hari ini terbagi menjadi tiga:

- Kajeng Kliwon Uwudan (Kajeng Kliwon setelah bulan purnama)
- Kajeng Kliwon Enyitan (Kajeng kliwon setelah bulan mati /tilem)
- Kajeng Kliwon Pamelastali (Watugunung Runtuh,yang datang setiap 6 bulan sekali)

Masyarakat Bali meyakini Kajeng Kliwon sebagai waktu untuk menetralisir energi negatif dengan menghaturkan segehan mancawarna di tiga tempat utama: Sanggah, pekarangan rumah, dan pintu gerbang. Upacara ini bertujuan menjaga keseimbangan sekala dan niskala serta mengembalikan harmoni alam semesta. Kajeng Kliwon juga diyakini sebagai hari turunnya para bhuta untuk menilai perbuatan manusia.

Dalam kepercayaan Hindu Bali, penguburan jenazah tidak boleh dilakukan sembarangan, terutama saat Kala Gotongan, Semut Sadulur, dan Pasah, karena diyakini membawa dampak buruk.

Kala Gotongan terjadi saat jumlah Sapta Wara dan Panca Wara mencapai 14 selama tiga hari berturut-turut: Sukra Kliwon – Redite Paing. Mengubur jenazah pada hari ini dipercaya menyebabkan kematian beruntun di desa.

Sementara itu, Semut Sadulur terjadi saat jumlahnya 13 selama tiga hari berturut-turut: Sukra Pon – Redite Kliwon. Ini diibaratkan seperti barisan semut yang berjalan beriringan, menandakan kematian yang terus menyusul.

Selain itu, Pasah, bagian dari Tri Wara, juga dianggap hari yang tidak baik untuk penguburan. Jika dilanggar, dipercaya membawa efek buruk bagi seluruh desa adat.

Hari-hari ini umumnya ditandai dalam kalender Bali, meskipun perhitungannya tidak selalu dijelaskan. Oleh karena itu, sebelum menguburkan jenazah, perlu mencari hari baik agar tidak menimbulkan akibat fatal sesuai kepercayaan leluhur.

Kelahiran pada wuku Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang, Bala, dan Perangbakat disebut Melik Rangda Tiga dan wajib dilakukan bayuh untuk menetralkan energi negatif. Orang dengan Rangda Tiga cenderung temperamental, namun juga membawa keberuntungan. Terdapat empat jenis Rangda Tiga: berbahaya, membawa kekayaan, damai, dan pemicu konflik dalam keluarga. Energi negatif ini harus dinetralkan agar berubah menjadi positif (wesia dadi amerta). Penyakit yang tidak terdeteksi medis sering dialami oleh mereka.

Dalam kepercayaan Hindu Bali, penguburan jenazah tidak boleh dilakukan sembarangan, terutama saat Kala Gotongan, Semut Sadulur, dan Pasah, karena diyakini membawa dampak buruk.

Kala Gotongan terjadi saat jumlah Sapta Wara dan Panca Wara mencapai 14 selama tiga hari berturut-turut: Sukra Kliwon – Redite Paing. Mengubur jenazah pada hari ini dipercaya menyebabkan kematian beruntun di desa.

Sementara itu, Semut Sadulur terjadi saat jumlahnya 13 selama tiga hari berturut-turut: Sukra Pon – Redite Kliwon. Ini diibaratkan seperti barisan semut yang berjalan beriringan, menandakan kematian yang terus menyusul.

Selain itu, Pasah, bagian dari Tri Wara, juga dianggap hari yang tidak baik untuk penguburan. Jika dilanggar, dipercaya membawa efek buruk bagi seluruh desa adat.

Hari-hari ini umumnya ditandai dalam kalender Bali, meskipun perhitungannya tidak selalu dijelaskan. Oleh karena itu, sebelum menguburkan jenazah, perlu mencari hari baik agar tidak menimbulkan akibat fatal sesuai kepercayaan leluhur.

Was Penganten adalah hari dalam kalender Bali yang dianggap tidak baik untuk pernikahan, ngaben, atau atiwa-atiwa. Namun, pada hari ini diperbolehkan metanem tanpa upacara serta baik untuk membuat benda tajam, membangun tembok atau pagar, dan mengadakan pertemuan penting.

Dalam satu wuku terdapat dua Was (Sad Wara), dengan contoh kombinasi Was Penganten sebagai berikut:
- Minggu Kliwon – Jumat Pon (wuku Tolu)
- Minggu Wage – Sabtu Kliwon (wuku Dungulan)
- Minggu Umanis – Sabtu Pahing (wuku Menail)
- Minggu Pon – Sabtu Wage (wuku Dukut)

Hari-hari ini diyakini memiliki energi yang kurang baik untuk menggelar pernikahan. Dalam tradisi Hindu Bali, pemilihan hari pernikahan mempertimbangkan konsep ala ayuning dewasa demi keseimbangan dan keharmonisan hidup.

Meskipun pasangan bebas memilih tanggal, banyak yang tetap mengikuti perhitungan tradisional untuk mendapatkan hari terbaik. Was Penganten mencerminkan keyakinan masyarakat Bali terhadap harmoni alam dan spiritualitas dalam menjalani kehidupan.

Pentingnya Otonan atau Weton

Seperti halnya ulang tahun, otonan Bali atau weton (dalam bahasa Jawa) adalah hari kelahiran yang dirayakan setiap 210 hari (satu bulan kalender Bali adalah 35 hari). Hari Oton/Weton ini mempunyai urip/neptu yang dapat menentukan karakter atau watak seseorang.