Daftar Isi:
1. Pentingnya Upacara Otonan dalam Tradisi Hindu Bali
2. Makna Otonan
3. Banten Otonan
4. Pentingnya Otonan
Pentingnya Upacara Otonan dalam Tradisi Hindu Bali
Upacara Otonan adalah tradisi yang dijalankan umat Hindu di Bali untuk menghormati Tuhan dan leluhur. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali atau enam bulan dalam kalender Bali (1 bulan Bali = 35 hari). Otonan berfungsi sebagai momen spiritual penting bagi seseorang untuk mengenang dan merayakan hari kelahirannya.
Makna Otonan
Dalam bahasa Jawa Kuno, kata "otonan" berasal dari "wetu" atau "metu," yang berarti keluar, lahir, atau menjelma. Di Jawa otonan juga disebut weton. Dengan kata lain, Otonan adalah momen kelahiran seseorang yang dihormati melalui ritual khusus untuk menyucikan diri dari segala pengaruh buruk yang mungkin melekat sejak di dalam kandungan, dan ini melibatkan elemen spiritual yang disebut Sang Catur Sanak.
Otonan adalah waktu yang digunakan untuk merenung, berdoa, dan bersyukur atas berkah yang diberikan oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat ini, umat Hindu memohon petunjuk dan bimbingan dalam menjalani kehidupan. Melalui ritual Otonan, seseorang diingatkan untuk selalu bersyukur dan memohon kebaikan bagi diri sendiri serta perlindungan dari hal-hal negatif.
Banten Otonan
Otonan tidak harus dirayakan dengan upacara yang mewah. Nilai rohani yang terkandung dalam Otonan jauh lebih penting daripada besar atau kecilnya upacara yang diadakan. Beberapa jenis banten (persembahan) umum dalam otonan adalah sebagai berikut:
1.
Banten Byakala: sebagai simbol untuk menyingkirkan kekuatan negatif atau bhutakala yang bisa mengganggu kehidupan manusia.
2.
Banten Peras: melambangkan doa untuk keberhasilan dan kelancaran upacara.
3.
Banten Ajuman atau Sodan: persembahan makanan yang dilengkapi dengan canang sebagai simbol penghormatan sebelum makanan dinikmati.
4.
Pengambeyan: simbol permohonan karunia kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur.
5.
Banten Sayut Lara Malaradan: melambangkan doa agar diberkati kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan.
6.
Banten Dapetan: bermakna persiapan menghadapi segala suka dan duka dalam kehidupan.
Sebagai tanda telah menjalankan Otonan, biasanya benang suci dililitkan di pergelangan tangan peserta upacara. Orang yang memasangkan benang ini umumnya mengucapkan doa, "
Ne cening magelang benang, apang ma uwat kawat ma balung besi," yang berarti, “
Ini benangmu, semoga kuat seperti besi.” Makna dari ritual ini adalah harapan agar seseorang menjadi lebih kuat dan tabah dalam menghadapi tantangan hidup.
Pentingnya Otonan
Dalam tradisi Hindu Bali, perayaan ulang tahun bukanlah kewajiban, namun Otonan memiliki arti yang mendalam dan sakral. Di hari Otonan, umat Hindu Bali mempersembahkan doa kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa sebagai bentuk rasa syukur karena telah diberi kesempatan hidup sebagai manusia serta memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani hidup.
Pemilihan hari Otonan juga sangat penting dan harus dilakukan dengan teliti. Dalam lontar pawacakan Wrehaspati Kalpa dan lontar Jyotisha, disebutkan bahwa penetapan Otonan yang salah bisa mendatangkan hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan anak yang dirayakan. Oleh karena itu, perhitungan hari untuk Otonan umumnya dipandu oleh orang yang memahami tata cara dan aturan dalam tradisi Hindu Bali.
Dengan menjaga tradisi Otonan, umat Hindu Bali tidak hanya menghormati leluhur, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan, mengingatkan diri untuk selalu bersyukur, dan memperbarui niat hidup untuk lebih baik.
Jika Anda belum mengetahui hari otonan Anda, silakan cek di menu Member Area. Jika belum menjadi member, silakan daftar terlebih dahulu. Dan menjadi member adalah GRATIS.
Kategori:
artikel
Tags:
otonan,
weton,
ulang tahun,
banten otonan,
penglukatan