6 September 2025: Hari Raya Saraswati
7 September 2025: Banyu Pinaruh
7 September 2025: Purnama
8 September 2025: Soma Ribek
9 September 2025: Sabuh Mas
10 September 2025: Pagerwesi
15 September 2025: Kajeng Keliwon Uwudan
20 September 2025: Tumpek Landep
21 September 2025: Redite Umanis Ukir
22 September 2025: Tilem
24 September 2025: Buda Wage Ukir
26 September 2025: Hari Bhatara Sri
30 September 2025: Kajeng Keliwon Enyitan
30 September 2025: Anggar Kasih Kulantir
Makna Budaya dalam Kalender Bali
Kalender Bali merupakan warisan budaya yang memiliki nilai filosofis dan spiritual tinggi dalam kehidupan masyarakat Bali. Lebih dari sekadar sistem penanggalan, kalender ini menjadi pedoman utama dalam menata berbagai aspek kehidupan, mulai dari kegiatan keagamaan, sosial, hingga pertanian. Berbeda dengan kalender Masehi yang mengacu pada pergerakan matahari selama 365 hari, kalender Bali menggunakan sistem perhitungan berdasarkan siklus wuku. Siklus ini terdiri dari 210 hari yang terbagi dalam 30 minggu, masing-masing terdiri dari tujuh hari, dan digunakan untuk menentukan waktu-waktu penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Sistem penanggalan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kebudayaan lokal.
Peran Spiritual dan Sosial Siklus Wuku
Siklus wuku memiliki fungsi utama sebagai dasar dalam menentukan hari-hari penting untuk pelaksanaan berbagai kegiatan religius maupun adat. Masyarakat Bali sangat mempercayai bahwa keseimbangan hidup dapat terwujud apabila manusia senantiasa menyelaraskan diri dengan ritme waktu yang ditentukan oleh alam dan kehendak Ilahi. Oleh karena itu, hari-hari tertentu dalam kalender Bali seperti dewasa ayu (hari baik), sangat diperhitungkan sebelum mengambil keputusan besar seperti melangsungkan pernikahan, memulai usaha, atau menyelenggarakan upacara keagamaan. Hal ini mencerminkan bahwa kalender Bali tidak sekadar digunakan sebagai alat penentu tanggal, melainkan sebagai penuntun dalam menjaga keseimbangan antara aspek spiritual dan kehidupan sehari-hari.
Ritual Suci dan Kegiatan Keagamaan
Salah satu keunikan dari kalender Bali adalah adanya perayaan hari-hari suci yang berlangsung secara berkala sesuai perhitungan kalender tersebut. Contohnya adalah peringatan
Kajeng Kliwon yang jatuh setiap 15 hari, yang diyakini sebagai waktu ideal untuk melakukan ritual penyucian diri dan perlindungan dari energi negatif. Selain itu, terdapat pula hari Purnama dan Tilem yang masing-masing terjadi sebulan sekali. Purnama atau bulan purnama dianggap sebagai momen penuh energi positif yang digunakan untuk persembahyangan di pura, sedangkan Tilem atau bulan mati menjadi saat yang tepat untuk perenungan dan pembebasan diri dari pengaruh buruk. Tak kalah penting adalah
Piodalan, yaitu hari peringatan ulang tahun pura yang dirayakan setiap 210 hari sekali, biasanya dengan upacara besar yang melibatkan berbagai unsur kesenian sakral dan persembahan sebagai bentuk bakti kepada Tuhan dan leluhur.
Pelestarian Nilai Tradisional di Era Modern
Walaupun era globalisasi telah membawa perubahan besar dalam gaya hidup masyarakat, kalender Bali tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas budaya yang tidak tergantikan. Bahkan di tengah perkembangan teknologi dan modernitas, masyarakat Bali tetap merujuk pada kalender ini dalam menentukan waktu yang tepat untuk berbagai aktivitas penting. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya terus dilestarikan, baik oleh generasi tua maupun muda. Kalender Bali menjadi simbol dari keberlanjutan tradisi yang mampu bertahan di tengah arus perubahan zaman, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa warisan leluhur masih memiliki relevansi dan kekuatan dalam membentuk kehidupan masyarakat Bali masa kini.