Apa itu Melik? Apakah ini Kutukan atau Anugerah?
Daftar Isi:
1. Melik di Bali: Ketika Kemampuan Spiritual Menjadi Dilema
2. Memahami Istilah Melik dalam Tradisi Spiritual Masyarakat Bali
3. Jenis-Jenis Melik
4. Melik: Antara Mitos, Fakta, dan Penyimpangan

Melik di Bali: Ketika Kemampuan Spiritual Menjadi Dilema

Dalam kepercayaan Hindu Bali, melik merujuk pada individu yang diyakini memiliki indra keenam atau kemampuan spiritual luar biasa. Mereka disebut mampu berkomunikasi dengan makhluk halus hingga meramalkan masa depan. Di satu sisi, melik dianggap sebagai anugerah karena menunjukkan kedekatan dengan dunia niskala. Namun, di sisi lain, mereka juga diyakini rentan terhadap penyakit, gangguan gaib, bahkan meninggal muda secara tak wajar. Mitos ini menciptakan dilema dalam masyarakat: apakah melik merupakan berkah yang harus dihormati, atau justru kutukan yang membawa penderitaan dalam kehidupan?

Memahami Istilah Melik dalam Tradisi Spiritual Masyarakat Bali

Istilah Melik banyak dijumpai dalam berbagai pustaka suci luhur agama Hindu, seperti Siwagama, Pustaka Raja, Pawacak Pati Urip, Parimbon Jawa, dan lain-lain. Dalam konteks ini, Melik seringkali identik dengan istilah ‘helik’, yang dalam sastra berarti ‘ingat’. Secara umum, Melik mengarah pada bakat istimewa yang dimiliki oleh seseorang sejak kelahirannya.

Fenomena Melik merupakan suatu hal yang unik dalam spiritualitas, yang selalu dibahas dalam masyarakat. Namun, seringkali masyarakat mengaitkan Melik dengan hal-hal yang menyeramkan, seperti anak indigo, cendek tuwuh, sih ing dewa, ngiring sasuhunan, betel tingal, sakti, bahkan matimpal gamang (berteman dengan makhluk astral), dan demenin leak (disukai oleh leak). Padahal, jika dilihat lebih holistik, Melik seharusnya dipahami sebagai bakat istimewa yang dimiliki sejak kelahiran, yang tercermin dalam ciri fisik, kemampuan niskala, dan dipercaya bisa mempengaruhi kehidupan seseorang, baik dalam hal yang baik maupun buruk.

Jenis-Jenis Melik

Ada beberapa jenis melik yang bisa menjadi pedoman atau media pelurusan bagi masyarakat:

1. Melik Ceciren (Berdasarkan Tanda Lahir)

Tanda lahir ini bisa berupa tahi lalat atau kadengan di tempat tertentu (misalnya, di kelamin atau di tengah alis), lesung pipit di bokong, rambut gimbal, jari tangan dan kaki yang lebih, hingga lidah poleng. Selain itu, ada juga guratan berbentuk senjata Dewata Nawa Sanga di tubuhnya, yang terkadang hanya bisa dilihat oleh tokoh spiritual.

2, Melik Pawetonan (Berdasarkan Waktu Kelahiran)

Berikut 20 Jenis Melik Kelahiran:

1. Wuku Wayang: Melik Kelahiran dapat terjadi ketika seseorang lahir pada Wuku Wayang.

2. Anak Tunggal (Tak Bersaudara): Orang yang lahir tanpa saudara kandung juga dapat memiliki Melik Kelahiran.

3. Tiba Sampir: Melik Kelahiran terkait dengan anak yang lahir dengan tali pusar yang berkalungkan atau terjebak di sekitar lehernya.

4. Tiba Angker: Ini adalah kondisi di mana bayi lahir dengan tali pusar yang sangat berbelit atau tidak menangis saat dilahirkan.

5. Jempina (Anak Prematur): Anak yang lahir sebelum waktunya, yaitu saat prematur, juga dapat memiliki jenis Melik ini.

6. Margana (Lahir di Tengah Perjalanan): Melik Kelahiran bisa terjadi jika seseorang lahir di tengah perjalanan, seperti saat keluarganya sedang bepergian.

7. Wahana (Lahir di Tengah Keramaian): Bayi yang lahir di tempat ramai atau keramaian juga dapat memiliki jenis Melik ini.

8. Julungwangi (Lahir saat Matahari Terbit): Orang yang lahir ketika matahari terbit juga dianggap memiliki Melik Kelahiran.

9. Julungsungsang (Lahir saat Matahari di Puncak): Seseorang yang lahir ketika matahari berada tepat di puncaknya juga dianggap memiliki jenis Melik ini.

10. Julung Sarab, Julung Macan, atau Julung Caplok (Lahir menjelang Matahari Terbenam): Bayi yang lahir menjelang mataari terbenam juga dapat memiliki Melik Kelahiran.

11. Walika (Orang Kerdil): Melik ini terkait dengan orang yang memiliki postur tubuh yang lebih pendek atau kerdil.

12. Wujil (Orang Cebol): Orang yang memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil juga bisa memiliki Melik ini.

13. Kembar (Dua Anak Lahir Bersamaan dalam Sehari): Jika dua anak lahir dalam satu hari, mereka dapat memiliki jenis Melik ini.

14. Buncing atau Dampit (Dua Anak Beda Jenis Kelamin Lahir Bersamaan dalam Sehari): Melik ini terjadi ketika dua anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan, lahir dalam satu hari.

15. Tawang Gantungan (Anak Kembar dengan Selisih Satu Hari): Jika anak kembar lahir dengan selisih satu hari, Melik ini bisa muncul.

16. Pancoran Apit Telaga (Tiga Bersaudara - Perempuan - Laki - Perempuan): Ketika ada tiga bersaudara, dengan kombinasi kelamin perempuan-laki-perempuan, jenis Melik ini dapat terjadi.

17. Telaga Apit Pancoran (Laki - Perempuan - Laki): Melik ini terkait dengan tiga bersaudara yang memiliki kombinasi kelamin laki-laki-perempuan-laki.

18. Sanan Empeg (Anak Lahir diapit saudaranya yang Meninggal): Jika seorang anak lahir diapit oleh saudaranya yang meninggal sebelumnya, jenis Melik ini dapat muncul.

19. Pipilan (Lima Bersaudara - Empat Perempuan Satu Laki): Melik Kelahiran juga dapat terjadi pada keluarga dengan lima bersaudara, di mana empat di antaranya perempuan dan satu laki-laki.

20. Padangon (Lima Bersaudara - Empat Laki Satu Perempuan): Melik ini terkait dengan keluarga yang terdiri dari lima bersaudara, di mana empat di antaranya laki-laki dan satu perempuan.

3. Melik Adnyana atau Widi

Melik ini bersumber dari kelahiran suci, keturunan pemangku, sulinggih, atau balian. Ciri khasnya adalah seseorang yang sering bermimpi ke pura, yang menunjukkan bahwa roh orang tersebut telah reinkarnasi puluhan kali.

Penentuan jenis melik memerlukan pemeriksaan yang cermat, termasuk pariksa (pemeriksaan), wacak weton (pengecekan waktu kelahiran), serta perenungan bhatin yang mendalam. Hal ini penting agar tidak sembarangan mencap diri atau orang lain sebagai melik.

Melik: Antara Mitos, Fakta, dan Penyimpangan

Pada hakikatnya, Melik dapat membawa pengaruh ayu (baik) maupun ala (buruk) dalam kehidupan seseorang. Melik bukanlah sesuatu yang mutlak buruk ataupun baik, melainkan suatu kondisi yang memiliki potensi ke dua arah tersebut, tergantung bagaimana kita memaknainya dan menyikapinya.

Namun, di era sekarang, Melik seringkali disalahgunakan oleh oknum tertentu. Ada yang menjadikannya sebagai alat untuk menakut-nakuti, mencari perhatian, bahkan melakukan penipuan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat serta menjauhkan kita dari esensi spiritual Melik itu sendiri.

Oleh karena itu, pemahaman tentang Melik perlu diluruskan dengan dasar Sraddha (keyakinan suci) dan Bhakti (pengabdian tulus). Selain itu, hendaknya dilakukan pariksa (penelitian), wacak weton (membaca pawukon/weton), dan perenungan bathin yang mendalam, sebelum memberikan label Melik kepada diri sendiri maupun orang lain. Ini penting agar kita tidak gegabah dan tetap berada pada jalan dharma.

Kategori: Artikel
Tags: melik, kutukan, anugerah, melik ceciren, melik kelahiran, melik adnyana, tumpek, tumpek wayang, pebayuhan