Daftar Isi
1. Makna Hari/Rahina Kajeng Kliwon
2. Yadnya atau Ritual saat Kajeng Kliwon
3. Jenis-jenis Kajeng Kliwon
4. Kesimpulan
Makna Hari/Rahina Kajeng Kliwon
Hari atau rahina
Kajeng Kliwon memiliki makna yang sangat dalam dalam tradisi Hindu Bali. Diperingati setiap 15 hari sekali, hari ini dianggap sebagai waktu yang suci dan keramat. Kajeng Kliwon merupakan hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa. Umat Hindu percaya bahwa pada hari ini, Sanghyang Siwa sedang bersemedi untuk upacara Kajeng Kliwon, yang termasuk dalam rangkaian upacara Dewa Yadnya. Masyarakat Bali meyakini bahwa upacara ini sangat suci, sehingga Kajeng Kliwon dianggap sebagai hari yang keramat.
Kehadiran Sang Hyang Siwa pada hari Kajeng Kliwon dipercaya untuk menjaga keseimbangan dunia. Melalui upacara yadnya, umat Hindu berusaha menyeimbangkan alam baik secara sekala (yang kasat mata) maupun niskala (yang tidak kasat mata). Hari Kajeng Kliwon diyakini sebagai waktu di mana kekuatan negatif dari dalam diri manusia, maupun dari luar, dapat muncul dengan mudah, dan mengganggu kehidupan manusia. Oleh karena itu, hari ini dianggap sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup.
Kajeng Kliwon juga merupakan salah satu rahinan yang sering diidentikan sebagai hari keramat oleh umat Hindu di Bali. Ketika hari ini tiba, kekuatan negatif dari dalam diri dan luar diri manusia dapat mengganggu keseimbangan alam. Oleh sebab itu, hari Kajeng Kliwon dianggap sebagai waktu untuk memperkuat diri melalui praktik spiritual dan ritual.
Yadnya atau Ritual saat Kajeng Kliwon
Dalam pelaksanaan Kajeng Kliwon, umat Hindu melaksanakan berbagai ritual yang disebut yadnya. Yadnya merupakan perwujudan bhakti dan sradha (keyakinan) kepada Sang Hyang Siwa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah mengembalikan (somya) Sang Tiga Bhucari. Di hari Kajeng Kliwon, umat disarankan untuk menghaturkan segehan mancawarna sebagai bentuk persembahan.
Segehan berasal dari kata "suguh" atau "suguhan", yang merupakan persembahan khusus untuk para bhuta kala, agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia. Persembahan segehan ditujukan kepada alam bawah yakti alam bhuta kala. Segehan dihaturkan di beberapa tempat, seperti sudut merajan atau sanggah, halaman rumah, dan gerbang pintu masuk rumah.
Selain segehan, terdapat pula ritual tipat dampulan yang melambangkan bahwa jiwa manusia sedang digodok oleh emosi. Dalam pelaksanaan ini, tetabuhannya berupa tuak atau arak berem, yang diharapkan dapat memberikan kedamaian dan menetralkan energi negatif.
Pada bagian atas ambang pintu gerbang (lebuh), harus dihaturkan canang burat wangi dan canang yasa. Semua persembahan ini ditujukan kepada Ida Sang Hyang Durgha Dewi, sebagai bentuk penghormatan dan permohonan perlindungan.
Jenis-jenis Kajeng Kliwon
Kajeng Kliwon dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan siklus bulan, yaitu:
1.
Kajeng Kliwon Uwudan: Ini adalah Kajeng Kliwon yang terjadi setelah bulan purnama. Saat ini, umat Hindu melakukan ritual dengan lebih khusyuk karena diyakini energi positif sedang tinggi.
2.
Kajeng Kliwon Enyitan: Jenis ini dilaksanakan setelah bulan mati atau tilem. Pada saat ini, umat berdoa agar terhindar dari segala bentuk gangguan.
3.
Kajeng Kliwon Pamelastali: Dikenal juga sebagai Watugunung Runtuh, jenis ini datang setiap enam bulan sekali. Ritual yang dilakukan dalam Kajeng Kliwon Pamelastali memiliki makna mendalam untuk menjaga harmoni dan keseimbangan.
Kesimpulan
Dari semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peringatan dan upacara yadnya pada hari Kajeng Kliwon memiliki tujuan untuk menjaga keseimbangan baik secara sekala maupun niskala. Umat Hindu Bali merayakan hari ini dengan harapan bahwa baik dunia kasat mata maupun yang tidak kasat mata akan tetap seimbang.
Peringatan Kajeng Kliwon adalah pengingat bagi umat untuk selalu melaksanakan dharma, menjaga hubungan dengan Sang Hyang Siwa, dan menghindari kekuatan negatif yang dapat mengganggu kehidupan. Dengan demikian, Kajeng Kliwon bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merenung, memperbaiki diri, dan meningkatkan spiritualitas, demi mencapai keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Kategori:
artikel
Tags:
kajeng kliwon,
keramat,
tradisi,
Bali,
Hindu,
segehan,
ritual