2 Juni: Kajeng Kliwon Uwudan
7 Juni: Hari Tumpek Krulut
10 Juni: Hari Purnama Sasih Sadha
11 Juni: Hari Buda Cemeng Merakih
13 Juni: Hari Bhatari Sri
17 Juni: Hari Anggara Kasih Tambir; Kajeng Kliwon Enyitan
24 Juni: Hari Anggara Paing Medangkungan
25 Juni: Hari Tilem Sasih Sadha
Kalender Bali merupakan salah satu warisan budaya yang kaya makna dan masih hidup hingga kini di tengah masyarakat Bali. Tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, kalender ini juga menjadi panduan spiritual yang mengarahkan kehidupan masyarakat dalam keseharian mereka. Berbeda dengan kalender Masehi yang menggunakan siklus tahunan, kalender Bali mengandalkan sistem wuku, yaitu siklus unik yang berlangsung selama 210 hari dan terbagi dalam 30 minggu. Setiap minggu memiliki tujuh hari, dan keseluruhan siklus digunakan untuk menentukan berbagai aktivitas penting seperti upacara keagamaan, hari baik (dewasa ayu), serta kegiatan pertanian dan sosial. Tradisi ini telah mengakar kuat, mencerminkan keterikatan masyarakat Bali dengan alam, spiritualitas, dan warisan leluhur.
Salah satu aspek paling menarik dari kalender Bali adalah penekanan pada hari-hari suci yang dirayakan secara rutin dan sarat makna. Kajeng Kliwon, misalnya, dirayakan setiap 15 hari dan dipercaya sebagai waktu yang baik untuk membersihkan diri secara spiritual. Ada pula Purnama dan Tilem, dua momen penting yang terjadi setiap bulan. Purnama, saat bulan penuh, diyakini membawa energi positif dan sering digunakan untuk sembahyang di pura. Sebaliknya, Tilem, ketika bulan mati, digunakan untuk refleksi dan melepas energi negatif. Selain itu, terdapat juga Piodalan yang dirayakan setiap 210 hari. Masyarakat akan melakukan berbagai ritual besar, termasuk persembahan, tari-tarian, dan doa bersama sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan leluhur.
Kalender Bali juga memuat pedoman penting seperti dewasa ayu, yaitu hari baik yang digunakan sebagai acuan dalam merencanakan kegiatan besar, seperti pernikahan, upacara adat, hingga memulai usaha baru. Tradisi ini menunjukkan bahwa sistem penanggalan Bali tidak hanya berkaitan dengan waktu, namun juga menyangkut keseimbangan antara dunia spiritual dan aktivitas manusia. Di era modern, kalender ini tetap dijadikan pegangan, bahkan oleh masyarakat yang hidup di perkotaan dan bekerja dalam sistem global. Sekalipun disibukkan dengan rutinitas modern, masyarakat Bali tetap berpegang pada nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun, menjadikan kalender Bali sebagai simbol keberlanjutan tradisi di tengah arus perubahan zaman.
Kategori: Artikel
Tags:
kalender bali,
kajeng kliwon,
juni,
rahinan,
piodalan,
purnama,
tilem